Perasaan keagamaan serta nilai-nilainya yang kita pegang akan terpatri kuat bila sudah dikenalkan sejak kecil. Masa kecil dimana otak anak mengalami pertumbuhan yang maksimal serta masih bersihnya jiwa anak akan mudah menerima nilai-nilai Agama. Seharusnya sebelum nilai-nilai lain masuk ke dalam otak dan jiwa anak, agamalah yang harus dimasukkan paling awal. Seumpama komputer yang akan di operasikan set default pada manusia seharusnya adalah agama.
Pembelajaran agama pada anak seperti juga pada pembelajaran materi lain harus diajarkan dengan cara menyenangkan, iklim lingkungan keagamaan anak harus turut mendukung. Sedapat mungkin anak tumbuh dilingkungan orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Boleh di bilang pengajaran agama bukan hanya dimulai sejak dalam kandungan tetapi jauh sebelumnya yaitu dalam memilih pasangan yang akan menjadi calon Ayahnya/Bundanya, karena nanti orang tuanyalah yang akan menjadi lingkungan terdekat bagi anak.
Pengalaman masa kecil akan berpengaruh besar kepada kehidupan anak di usia dewasanya kelak, jangankan masalah pendidikan ruhani, makanan yang sering dimakan sejak kecil akan menjadi makanan kesukaan seseorang setelah dewasa. Pengalaman agama pada masa kecil akan melekat pada diri anak sampai usia dewasa. Tentu saja pengertian agama belum bisa dipahami sepenuhnya tapi dengan berjalannya waktu mereka akan paham kebenaran nilai-nilai agama yang sudah dia terima. Bagi anak-anak apapun yang dia terima dari lingkungannya akan diserap begitu saja sebagai default bagi dirinya, proses ini akan berlanjut sampai usia remaja dengan kadar penyerapan yang makin menurun.
Bukan berarti usia remaja tidak bisa lagi menyerap ajaran agama, tapi prosesnya memerlukan effort (upaya) dalam diri anak sehingga agama bisa diserap, sedangkan untuk anak yang masih kecil mereka menyerap begitu saja ajaran agama yang mereka terima.
bersambung